Minggu, 24 Juni 2012

INDAHNYA MENJADI GURU


 Oleh : Usep Irwan Herdiana, A. Ma

Saya adalah seorang guru salah satu sekolah dikecamatan mangunjaya. Hampir 8 tahun saya mengabdikan hidup saya di dunia pendidikan dan banyak suka duka yang saya alami. Semuanya dilewati dengan penuh rasa tanggung jawab dan kecintaan. Hari demi hari saya lalui bersama anak-anak didik yang lucu, pintar, cerdas,nakal, cerewet dan masih banyak lagi yang menghiasi hari-hari saya bersama anak-anak didik.
Tak pernah terpikirkan sebelumnya saya akan menjadi guru, bahkan background sayapun bukanlah dari keguruan. Saya hanya lulusan SMK teknik otomotif yang nekad menjadi pengajar di sekolah dasar. Bukan hanya modal nekad tetapi karena niat dan adanya kekosongan tenaga pengajar di sekolah tersebut. Awalnya saya tidak langsung memegang mata pelajaran, melainkan sebagai pengajar ekstra kurikuler kesenian dan pramuka. Sambil berlayar dua tiga pulau terlampaui, mungkin pepatah tersebut dapat menggambarkan perjalanan saya waktu itu. Sambil mengajar, saya juga menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi swasta. Dari sanalah saya mendapat banyak pengetahuan tentang keguruan. Dua tahun menyelesaikan pendidikan diploma, setelah lulus saya mendapatkan kepercayaan dari kepala sekolah untuk memegang mata pelajaran bahasa inggris.
Satu semester bukanlah waktu yang singkat bagi saya memegang amanat yang begitu besar. Kritik, saran dan pujian terkadang ada juga cercaan dari orang yang kurang senang dengan kinerja saya. saya terima demi kemajuan dalam mendidik peserta didik. Semester berikutnya saya dipercaya menjadi guru kelas V, bukannya lebih mudah tugas saya selanjutnya lebih besar lagi. Tapi saya menganggap itu adalah ujian untuk meningkatkan kemampuan, wawasan dan menambah pengalaman. Saya yakin tempaan dan didikan yang saya terima waktu itu, akan menjadikan saya mempunyai mental yang kuat serta berwawasan yang luas. Mengajar dikelas tinggi tidaklah mudah, namun berkat usaha dan kerja keras alhamdulillah dapat saya lalui dengan baik.
Ditahun kedua setelah saya menyelesaikan pendidikan, guru PJOK mengajukan mutasi. Otomatis mengharuskan adanya rotasi di intern sekolah. Dan dalam rapat guru, memutuskan bahwa saya ditunjuk sebagai guru PJOK. Suka duka saya alami selama menjadi guru olahraga, tapi tak sedikitpun saya mengeluh. Bahkan dengan menjadi guru olahraga saya semakin dekat dengan anak-anak. Mungkin karena pembelajaran dilaksanakan diluar kelas sehingga interaksi antara guru dan siswa lebih intens dan komunikatif. Alhamdulillah kerja keras saya membuahkan hasil yang menggembirakan, selama saya menjadi guru olahraga banyak prestasi yang diraih anak didik saya dalam bidang olahraga. Baik itu ditingkat desa maupun kecamatan. Tapi itu semua tidak menjadikan saya puas dan merasa berhasil. Justru itu adalah awal dari sebuah perjuangan. Kekecewaan juga pernah saya alami ketika anak didik saya tidak jadi bertanding ditingkat kabupaten. Padahal sudah diputuskan bahwa yang akan mewakili kecamatan adalah juara umum di kecamatan dan sudah berangkat ketempat lomba tapi malah diganti oleh juara keduanya. Entah apa yang terjadi pada saat itu, intervensi atau apa yang jelas itu adalah pembunuhan karakter anak. Semoga dikemudian hari, para panitia lomba lebih objektif dan bijak dalam mengambil keputusan.
Tahun-tahun berikutnya saya juga mengalami perubahan dalam mengajar dari mulai mengajar mata pelajaran Seni budaya, bahasa sunda, dan karawitan. Baru pada tahun pelajaran 2010/2011 sampai sekarang saya mendapat tugas dari kepala sekolah untuk menjadi guru kelas 2. bukan semakin ringan, tugas mengajar dikelas rendah semakin berat. Diperlukan kesabaran dan ketelatenan yang ekstra besar.
Mengenai materi, alhamdulillah dicukup-cukupkan. Mengapa? Sudah menjadi rahasia umum kalau gaji guru itu kecil, apa lagi guru honorer seperti saya. Mungkin kalau hanya menggantungkan pekerjaan sebagai guru akan terus kekurangan, tapi Allah masih memberikan kemurahan kepada saya. Sehingga saya bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Apalagi satu tahun yang lalu ketika saya memutuskan untuk mengakhiri masa lajang, tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar. Ditambah lagi sekarang istri saya sedang hamil 7 bulan dan tidak lama lagi akan melahirkan, biaya yang besar pasti harus disiapkan. Yang lebih miris lagi tunjangan fungsional guru honor yang tahun lalu saya terima, ditahun ini tidak saya terima sepeserpun. Tapi itu semua tidak membuat saya gentar, saya yakin Allah akan tetap bersama kita selama kita dekat dengan-Nya. Semoga tantangan yang besar ini dapat saya lalui dengan kesabaran dan ketabahan hati yang kuat sambil terus berusaha, karena tanpa usaha yang sungguh tak akan membuahkan hasil yang memuaskan.
Kecintaan saya didalam dunia pendidikan tak akan pernah terkalahkan oleh apapun. Tawa lepas anak-anak didik saya, akan senantiasa membuat saya merasa nyaman. Melihat mereka asyik bermain, menari, menyanyi dengan ceria, belajar yang sungguh-sungguh apalagi meraih prestasi, itu semua melahirkan kebanggan tersendiri didalam hati. Dan saya yakin tak ada profesi lain yang dapat merasakan indahnya dalam bekerja. Seumur hidupku akan kubaktikan mendidik dan mengajar anak-anak didik saya agar indahnya menjadi guru tak akan pernah berhenti.
Saya persembahkan tulisan yang sederhana ini buat anak-anak didikku tercinta. Teruslah berjuang menggapai cita-citamu, raihlah semua untuk hidupmu. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar