Rabu, 26 Oktober 2011

Pendidikan Karakter Cuma di Dalam Kelas?

AKSES, PGRI dan Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis mengadakan Pelatihan Pendidikan Character Building di Gedung Dakwah Islam Kecamatan Padaherang, Selasa (4/10). Latdik tersebut diikuti oleh lebih dari 600 guru dari Kecamatan Kalipucang, Padaherang dan Mangunjaya.
..................................................
Hadir sebagai narasumber, Prof.Dr. H. Dedi Mulyasana, M.Pd., mantan rektor Uninus Bandung, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis H. Akasah dan Kepala SMPN 1 Padaherang Dodi Budiana.
Menurut Prof. Dedi, pendidikan karakter bukanlah pengajaran ilmu pengetahuan dalam arti proses mentransfer ilmu, teori dan konsep tentang karakter. Bukan pula sekedar pengajaran nilai yang menekankan pada hapalan dan angka-angka.
“Pendidikan karakter pada hakekatnya adalah proses pembentukan jati diri peserta didik yang dilakukan melalui pematangan kualitas logika, akhlak dan keimanan. Pendidikan karakter adalah proses menjadi, yakni menjadikan peserta didik tumbuh sejalan dengan bakat, karakter, kemampuan dan hati nuraninya secara utuh.” Jelasnya.
Selanjutnya Dedi menambahkan bahwa membangun karakter tidak cukup hanya di dalam kelas saja, tetapi perlu dikembangkan di lingkungan yang lebih luas. Membangun karakter tidak cukup hanya menekankan pada latihan, pembiasaan, bimbingan, penularan prilaku dan lainnya.
“Tetapi juga perlu kebijakan, kepedulian, dan komitmen dari pemerintah dan masyarakat.” kata Profesor yang pernah memimpin beberapa perguruan tinggi terkenal di Bandung dan saat ini masih memimpin Program Pasca Sarjana di salah satu perguruan tinggi swasta.


Beda dengan Pembangunan Karakter
Prof. Dedi juga mengingatkan bahwa pendidikan karakter (character education) berbeda dengan pembangunan karakter (character buildings). Pendidikan karakter merupakan bagian dari pembangunan karakter. Pendidikan karakter dikembangkan melalui jalur pendidikan, baik pendidikan formal, non formal maupun informal. Sedangkan pembangunan karakter dikembangkan dengan memperhatikan seluruh sektor baik agama, pendidikan, politik, ekonomi, budaya, keamanan maupun lainnya.
Menurutnya, kualitas belajar tidak diukur dari lamanya jam belajar, tapi dilihat dari efektivitas guru dalam membangun semangat, motivasi dan perilaku yang positif.
“Yang terpenting dalam pendidikan karakter adalah membiasakan anak melakukan nilai-nilai kebajikan, kejujuran, kebenaran, keadilan, disiplin, tanggungjawab dan kebermanfaatan.” pesannya.


Kognitif & Prilaku
Sebagaimana diketahui Mendiknas Prof. Mohammad Nuh, pernah mengatakan bahwa konsep pendidikan karakter sudah disiapkan sejak 2010. Pada tahun ajaran 2011-2012 ini , pendidikan karakter diterapkan di semua jenjang pendidikan, mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Pendidikan Tinggi.
Menurut Mendiknas, Prof. Muhammad Nuh, pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini.
“Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, kata Mendiknas, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa.” Kata M.Nuh.
M.Nuh menjelaskan pula bahwa karakter yang ingin dibangun bukan hanya kesantunan, tetapi secara bersamaan membangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi.
Mendiknas mengingatkan, bentuk pendidikan karakter diwujudkan mulai dari kurikulum sampai dengan membangun kultur budaya di sekolah.
Pendidikan karakter bukan hanya diajarkan melalui papan tulis, tetapi harus melalui pembudayaan.
“Jangan sampai terjebak hanya pada ranah kognitif, tetapi harus diterjemahkan dalam ranah perilaku,” katanya.
(arif/agus ponda/ganesha)