Minggu, 24 Juni 2012


PARTISIPASI ORANG TUA

DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN


Oleh : Usep Irwan Herdiana

Pendidikan dapat berhasil jika adanya kesatuan antara komponen-komponen penunjang. Diantara komponen-komponen tersebut antara lain lingkungan sekolah yang kondusif disertai kinerja guru dan kepala sekolah yang baik, komunikasi dua arah yang terbina antara sekolah dan komite sekolah juga partisipasi orang tua dalam pelaksanaan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri peran orang tua dalam pendidikan sangat mutlak dibutuhkan demi kemajuan sekolah tersebut.
 Partisipasi orang tua merupakan keterlibatan orang tua secara nyata dalam suatu kegiatan. Partisipasi itu bisa berupa gagasan, kritik membangun, dukungan, dan pelaksanaan pendidikan, atau dalam kata lain menurut E. Mulyasa :
Dalam kontek MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), partisipasi orang tua sangat diperlu-kan, karena sekolah merupakan partner orang tua dalam mengantarkan cita-cita dan membentuk pribadi peserta didik:. (Enco Mulyasa : 2003 : 167)
Lebih lanjut dari uraian E. Mulyasa tersebut diatas, penyusun kemukakan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membentuk lingkungan belajar yang kondusif di rumah, antara lain :
1.        Menciptakan budaya belajar di rumah. Pada jam-jam belajar, orang tua sebaiknya juga ikut belajar, misalnya membaca tafsir atau ayat-ayat suci Al Quran, membaca majalah, menulis puisi, dan menulis program kerja, sehingga tercipta budaya belajar.
2.        Memprioritaskan tugas yang terkait secara langsung dengan pembelajaran di sekolah. Jika banyak kegiatan yang harus dilakukan anak, maka utamakan yang terkait dengan tugas pembelajaran.
3.        Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun ektrakurikuler.
4.        Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan belajar.
5.        Menciptakan situasi yang demokratis di rumah, agar terjadi tukar pendapat dan pikiran sebagai sarana belajar dan membelajarkan.
6.        Memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh sekolah, dalam mengembangkan potensi anaknya.
7.        Menyediakan sarana belajar yang memadai, sesuai dengan kemampuan orang tua dan kebutuhan sekolah.
Mengingat bahwa salah satu kunci sukses sekolah dalam menggalang partisipasi orang tua adalah menjalin hubungan yang harmonis, maka perlu diprogramkan beberapa hal sebagai berikut :
1.        Melibatkan orang tua secara proporsional dan propesional dalam mengembangkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah, dan life skill (kecakapan/bekal hidup).
2.        Menjalin komunikasi secara intensif. Secara proaktif sekolah menghubungi orang tua peserta didik dengan cara sebagai berikut :
a.         Mengucapkan selamat dan bergabung dengan sekolah dan dewan pendidikan serta komite sekolah bagi orang tua peserta didik baru, setelah itu perlu dilakukan perkenalan dan orientasi singkat agar mereka mengetahui sekolah dengan berbagai program dan aktivitasnya.
b.         Mengadakan rapat secara rutin dengan orang tua, sehingga rapat dapat efektif dan orang tua dapat saling kenal.
c.         Mengirimkan berita tentang sekolah secara periodic, sehingga orang tua mengetahui program dan perkembangan sekolah.
d.        Membagikan daftar tenaga kependidikan secara lengkap termasuk alamat, nomor telepon, dan tugas pokok sehingga orang tua dapat berhubungan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
e.         Mengundang orang tua dalam rangka mengembangkan kreatifitas dan prestasi peserta didik.
f.          Mengadakan kunjungan rumah untuk memecahkan masalah dan mengembangkan pribadi peserta didik.
g.         Mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dengan orang tua dalam pembinaan peserta didik, terdiri dari :
1)        Melibatkan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan, peringatan hari besar nasional, keagamaan, dan pentas seni. Pelibatan orang tua disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan pekerjaan mereka dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan sekolah.
2)        Melibatkan orang tua dalam mengambil berbagai keputusan, agar mereka merasa bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
3)        Mendorong guru untuk mendayagunakan orang tua sebagai sumber belajar dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Untuk merealisasikan program di atas dan mendorong partisipasi orang tua dalam kegiatan sekolah, Kepala sekolah harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.        Mengindentifikasi kebutuhan sekolah dan partisipasi orang tua dalam program dan kegiatan sekolah. Upayakan untuk melibatkan guru, tenaga kependidikan, dan wakil dewan pendidikan serta komite sekolah dalam identifikasi tersebut.
2.        Menyusun tugas-tugas yang dapat dilakukan bersama dengan orang tua secara fleksibel.
3.        Membantu guru mengembangkan program pelibatan orang tua dalam berbagai aktivitas sekolah dan pembelajaran.
4.        Mengimpormasikan secara luas program sekolah, dan membuka peluang bagi orang tua untuk melibatkan diri dalam program tersebut.
5.        Mengundang orang tua untuk menjadi relawan dalam berbagai aktivitas sekolah.
Memberi penghargaan secara proporsional dan professional terhadap keterlibatan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan sekolah.

INDAHNYA MENJADI GURU


 Oleh : Usep Irwan Herdiana, A. Ma

Saya adalah seorang guru salah satu sekolah dikecamatan mangunjaya. Hampir 8 tahun saya mengabdikan hidup saya di dunia pendidikan dan banyak suka duka yang saya alami. Semuanya dilewati dengan penuh rasa tanggung jawab dan kecintaan. Hari demi hari saya lalui bersama anak-anak didik yang lucu, pintar, cerdas,nakal, cerewet dan masih banyak lagi yang menghiasi hari-hari saya bersama anak-anak didik.
Tak pernah terpikirkan sebelumnya saya akan menjadi guru, bahkan background sayapun bukanlah dari keguruan. Saya hanya lulusan SMK teknik otomotif yang nekad menjadi pengajar di sekolah dasar. Bukan hanya modal nekad tetapi karena niat dan adanya kekosongan tenaga pengajar di sekolah tersebut. Awalnya saya tidak langsung memegang mata pelajaran, melainkan sebagai pengajar ekstra kurikuler kesenian dan pramuka. Sambil berlayar dua tiga pulau terlampaui, mungkin pepatah tersebut dapat menggambarkan perjalanan saya waktu itu. Sambil mengajar, saya juga menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi swasta. Dari sanalah saya mendapat banyak pengetahuan tentang keguruan. Dua tahun menyelesaikan pendidikan diploma, setelah lulus saya mendapatkan kepercayaan dari kepala sekolah untuk memegang mata pelajaran bahasa inggris.
Satu semester bukanlah waktu yang singkat bagi saya memegang amanat yang begitu besar. Kritik, saran dan pujian terkadang ada juga cercaan dari orang yang kurang senang dengan kinerja saya. saya terima demi kemajuan dalam mendidik peserta didik. Semester berikutnya saya dipercaya menjadi guru kelas V, bukannya lebih mudah tugas saya selanjutnya lebih besar lagi. Tapi saya menganggap itu adalah ujian untuk meningkatkan kemampuan, wawasan dan menambah pengalaman. Saya yakin tempaan dan didikan yang saya terima waktu itu, akan menjadikan saya mempunyai mental yang kuat serta berwawasan yang luas. Mengajar dikelas tinggi tidaklah mudah, namun berkat usaha dan kerja keras alhamdulillah dapat saya lalui dengan baik.
Ditahun kedua setelah saya menyelesaikan pendidikan, guru PJOK mengajukan mutasi. Otomatis mengharuskan adanya rotasi di intern sekolah. Dan dalam rapat guru, memutuskan bahwa saya ditunjuk sebagai guru PJOK. Suka duka saya alami selama menjadi guru olahraga, tapi tak sedikitpun saya mengeluh. Bahkan dengan menjadi guru olahraga saya semakin dekat dengan anak-anak. Mungkin karena pembelajaran dilaksanakan diluar kelas sehingga interaksi antara guru dan siswa lebih intens dan komunikatif. Alhamdulillah kerja keras saya membuahkan hasil yang menggembirakan, selama saya menjadi guru olahraga banyak prestasi yang diraih anak didik saya dalam bidang olahraga. Baik itu ditingkat desa maupun kecamatan. Tapi itu semua tidak menjadikan saya puas dan merasa berhasil. Justru itu adalah awal dari sebuah perjuangan. Kekecewaan juga pernah saya alami ketika anak didik saya tidak jadi bertanding ditingkat kabupaten. Padahal sudah diputuskan bahwa yang akan mewakili kecamatan adalah juara umum di kecamatan dan sudah berangkat ketempat lomba tapi malah diganti oleh juara keduanya. Entah apa yang terjadi pada saat itu, intervensi atau apa yang jelas itu adalah pembunuhan karakter anak. Semoga dikemudian hari, para panitia lomba lebih objektif dan bijak dalam mengambil keputusan.
Tahun-tahun berikutnya saya juga mengalami perubahan dalam mengajar dari mulai mengajar mata pelajaran Seni budaya, bahasa sunda, dan karawitan. Baru pada tahun pelajaran 2010/2011 sampai sekarang saya mendapat tugas dari kepala sekolah untuk menjadi guru kelas 2. bukan semakin ringan, tugas mengajar dikelas rendah semakin berat. Diperlukan kesabaran dan ketelatenan yang ekstra besar.
Mengenai materi, alhamdulillah dicukup-cukupkan. Mengapa? Sudah menjadi rahasia umum kalau gaji guru itu kecil, apa lagi guru honorer seperti saya. Mungkin kalau hanya menggantungkan pekerjaan sebagai guru akan terus kekurangan, tapi Allah masih memberikan kemurahan kepada saya. Sehingga saya bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Apalagi satu tahun yang lalu ketika saya memutuskan untuk mengakhiri masa lajang, tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar. Ditambah lagi sekarang istri saya sedang hamil 7 bulan dan tidak lama lagi akan melahirkan, biaya yang besar pasti harus disiapkan. Yang lebih miris lagi tunjangan fungsional guru honor yang tahun lalu saya terima, ditahun ini tidak saya terima sepeserpun. Tapi itu semua tidak membuat saya gentar, saya yakin Allah akan tetap bersama kita selama kita dekat dengan-Nya. Semoga tantangan yang besar ini dapat saya lalui dengan kesabaran dan ketabahan hati yang kuat sambil terus berusaha, karena tanpa usaha yang sungguh tak akan membuahkan hasil yang memuaskan.
Kecintaan saya didalam dunia pendidikan tak akan pernah terkalahkan oleh apapun. Tawa lepas anak-anak didik saya, akan senantiasa membuat saya merasa nyaman. Melihat mereka asyik bermain, menari, menyanyi dengan ceria, belajar yang sungguh-sungguh apalagi meraih prestasi, itu semua melahirkan kebanggan tersendiri didalam hati. Dan saya yakin tak ada profesi lain yang dapat merasakan indahnya dalam bekerja. Seumur hidupku akan kubaktikan mendidik dan mengajar anak-anak didik saya agar indahnya menjadi guru tak akan pernah berhenti.
Saya persembahkan tulisan yang sederhana ini buat anak-anak didikku tercinta. Teruslah berjuang menggapai cita-citamu, raihlah semua untuk hidupmu. Terima kasih.

Kamis, 14 Juni 2012

Cegah Virus menular secara langsung ke Komputer melalui USB devices


Cara mencegah penularan virus secara langsung kekomputer kita melalui USB devices saat kita memasukan flashdisk, handphone, dan removable media lainya kekomputer.
  1. Matikan system autoplay
Karena autoplay akan membaca secara langsung semua isi dari flashdisk/removable media lainya. Cara menonaktifkan autoplay adalah sbb:
·         Klik start run masukan "gpedit.msc" (tanpa tanda petik) administrative templates system cari turn off autoplay klik 2x dan ubah menjadi Enable pada "turn off autoplay on" pilih all drives
  1. Matikan system restore
Karena system restore akan mengembalikan semua data rusak yang terserang virus meskipun virus sudah discan dengan antivirus. Cara mematikan system restore adalah sbb:
·         Klik start control panel system pada tabs system restore centang turn off system restore on all drives
  1. Scan terlebih dahulu removable media yang kamu tancapkan ke USB menggunakan antivirus computer anda sebelum melakukan pemindahan / memasukan data dari computer ke removable media ataupun sebaliknya dari removable media ke computer.

Minggu, 03 Juni 2012

Windows 7 secara default menggunakan bahsa Inggris


Windows 7secara default menggunakan bahasa Inggris. Tampilan bahasa atau language pada start menu, pop up, windows explorer, system properties semuanya berbahasa Inggris.Tapi tahukah shobat bahwa sebenarnya Microsoft telah menyediakan Language Interface Packs untuk merubah bahasa windows 7 menjadi Bahasa pada beberapa Negara termasuk Bahasa Indonesia? Nah bagi shobat yang ingin mencoba atau mencicipi Windows 7 berbahasa Indonesia silahkan ikuti langkah-langkah dibawah ini :
  1. Silahkan kunjungi halaman disini kemudian klik download pada pilihan Bahasa Indonesia (Indonesian)

    Windows 7 berbahasa Indonesia
  2. Pada jendela selanjutnya pilih link download sesuai dengan type system windows anda. Pilih 32 bit atau 64 bit.
  3. Tunggu proses download sampai selesai, kemudian jalankan file hasil download tadi (LIP_id-ID-32bit atau LIP_id-ID-64bit)
  4. Pada jendela yang muncul beri tanda centang pada pilihan Bahasa, Indonesian (Bahasa Indonesia) kemudian klik Next

    Windows 7 Bhs Indonesia 
  5. Aktifkan radio button I accept the license terms, dan klik next
  6. Muncul jendela Language Interface Pack ReadMe files, Klik Next
  7. Proses Install tampilan Bahasa sedang berjalan, tunggu sampai selesai
  8. Jika sudah complete, Klik Next
  9. Pada jendela berikutnya, pilih Bahasa Indonesia kemudian klik Change display Language

    Windows 7 Bhs Indonesia
  10. Setelah itu muncul peringatan untuk Log off, klik saja Log Off

    Windows 7 Bhs Indonesia
  11. Setelah anda log on kembali, maka tampilan windows 7 anda telah berganti menjadi windows 7 berbahasa Indonesia.
Windows 7 Bhs Indonesia  Windows 7 Bhs Indonesia

Untuk mengembalikan menjadi windows 7 berbahasa Inggris kembali, lakukan langkah berikut ini :
  1. Buka control panel (panel kontrol), pilih tampilan menurut kategori kemudian klik Ubah tampilan bahasa pada group Jam, Bahasa, dan wilayah

    Windows 7 Bhs Indonesia
  2. Muncul jendela daerah dan bahasa, klik tab Papan tombol dan Bahasa kemudian pada pilihan bahasa tampilan pilih English kemudian Klik OK

    Windows 7 Bhs Indonesia 
  3. Maka Windows shobat kembali lagi menjadi Windows 7 berbahasa Inggris.

Hadirilah.............!!!

Hari Sabtu tanggal 9 Juni 2012 akan diadakan pemutaran video tentang budaya nusantara, diharapkan seluruh peserta didik SDN 1 Sindangjaya menghadiri dan menyaksikannya. sehingga peserta didik dapat lebih mengenal dan merasa dekat dengan budaya yang ada di negara kita.


Rabu, 09 Mei 2012

PTK JADI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang Masalah
    Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru  harus memikirkan dan membuat perencanaan secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.
Pembelajaran Agama Islam tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktifitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000:24).
        Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “ Peningkatan Pembelajaran Agama Islam Melalui metode pemberian tugas belajar dan resitasi Pada Siswa SDN 1 Sindangjaya Kecamatan Mangunjaya Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012”.

1.2.       Rumusan Masalah    
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pemberian tugas belajar dan resitasi?
2.    Bagaimanakah pengaruh metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi terhadap motivasi belajar siswa?

1.3.       Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.    Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pemberian tugas belajar dan resitasi.
2.    Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pemberian tugas belajar dan resitasi.

1.4.       Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
1.    Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi agama islam.
2.    Meningkatkan motivasi pada pelajaran agama islam
3.    Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi agama islam.

1.5.       Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:
1.    Penelitian inihanya dikenakan pada siswa SDN 1 Sindangjaya Kecamatan Mangunjaya Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.    Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.
3.    Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Meneladani Sejarah Perjuangan Nabi Muhammad SAW.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.       Definisi Pembelajaran
       Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996:14)
    Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)
    Pasal 1 Undang –undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa  pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
    Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu.

2.2.        Motivasi Belajar
1.     Pengertian Motivasi
Menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3.    Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.     Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
 b.     Motivasi Ekstrinsik
    Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).
    Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

3.1.        Pengajaran metode pemberian tugas belajar dan resitasi
    1. DEFINISI
Yang dimaksud dengan pemberian tugas belajar dan resitasi ialah suatu cara mengajar di mana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada peserta didik, sedangkan hasil tersebut di periksa oleh guru dan peserta didik mempertanggung jawab¬kannya.
Pertanggungan jawab itu dapat dilaksanakan dengan cara
- Dengan menjawab test yang diberikan oleh guru.
- Dengan menyampaikan ke muka berupa lisan
- Dengan cara tertulis.
Dalam metode ini kita menemukan tiga istilah penting
1. Tugas:
Tugas adalah suatu pekerjaan yang harus dilakukan baik tugas datangnya dari orang lain maupun dari dalam diri kita sendiri. Di sekolah biasanya itu datang dari pihak guru atau kepala sekolah atau peserta didik sendiri. Tugas ini biasanya bersifat educatif dan bukan bersifat dan berunsur pekerjaan.
2. Belajar.
Banyak sekali perumusan tentang belajar
Menurut S. Nasution ada beberapa batasan istilah belajar
a) Belajar adalah perubahan dalam sistem urat saraf.
b) Belajar adalah penambahan pengetahuan.
c) Belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan
 pengertian.
Perubahan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh apa yang dimiliki seseorang itu, seperti: sifat, pengalaman, pengetahuan, keterampilan, keadaan jasmaniah dan lain-lain
sebagainya, dan jugs dipengaruhi pula oleh lingkungan. Hasil belajar dipengaruhi pula oleh motif bahan yang dipelajari dengan mempergunakan alat-alat, waktu, cara belajar dan sebagainya.
3. Resitasi
Resitasi adalah penyajian kembali atau penimbulan kembali sesuatu yang sudah dimiliki, diketahui atau dipelajari. Metode ini sering disebut metode pekerjaan rupiah.
Prinsip yang mendasari metode ini ada dalam AI-Quran. Tuhan memberikan suatu tugas yang berat terhadap Nabi Muhammad sebelum dia melaksanakan tugas ke-Rasulannya. Tugas yang diintruksikan itu ialah berupa sifat-sifat kepemimpinan yang harus dimiliki.
Firman Allah S.W.T
Hai orang yang berselubung, bangunlah dan pertakutilah kaummu, hendak besarkan Tuhan-mu. Dan bersihkanlah pakaianmu! Tinggallah pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan siksaan. Janganlah engkau memberi kepada orang lain lantaran hendak meminta lebih banyak. Sabar dan uletlah menurut perintah Tuhan. (Q.S. Al Mudatatsir: 1-7).
Jadi Tuhan memberikan tugas lima macam, antara lain:
a. Ta'at beragama (membesarkan Tuhan).
b. Giat dan rajin berdakwah.
c. Membersihkan diri, jiwa dari kekotoran lahir dan bathin.
d. Percaya pada diri sendiri dan tidak mengharapkan sesuatu pada
 orang lain.
e. Tabah dan ulet dalam melaksanakan tugas.
2. PASE-PASE RESITASI
Dengan metode Resitasi terdapat 3 fase
1. Guru memberikan tugas:
Tugas yang diberikan oleh guru harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Dalam pelaksanaan tugas itu kemungkinan peserta didik akan menjawab dan penyelesaikan suatu bentuk hitungan dan ada pula berbentuk sesuatu yang harus diselesaikan, ada pula berbentuk sesuatu yang baik dari berbagai aspek.
2.    Murid melaksanakan tugas (belajar) cara murid belajar akan
     terlaksana dengan balk apabila dia belajar sesuai dengan petunjuk yang
    diberikan guru dan sesuai dengan tujuan yang hendak di¬capai.
3.    Murid mempertanggung jawabkan hasil, pekerjaannya (re¬sitasinya). Resitasi itu juga akan wajar apabila sesuai dengan tujuan pemberian tugas.
3. KEUNTUNGAN METODE RESITASI
1.    Peserta didik belajar membiasakan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam segala tugas yang diberikan.
2.    Meringankan tugas guru yang diberikan.
3.    Dapat mempertebal rasa tanggung jawab. Karena hasil-hasil yang dikerjakan dipertanggung jawabkan dihadapan guru.
4.    Memupuk anak agar mereka dapat berdiri sendiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain.
5.    Mendorong peserta didik supaya suka berlomba-lomba untuk mencapai sukses.
6.    Hasil pelajaran akan tahan lama karena pelajaran sesuai dengan minat peserta didik.
7.    Dapat memperdalam pengertian dan menambah keaktipan dan kecakapan peserta didik.
8.    Waktu yang dipergunakan tak terbatas sampai pada jam jam
9.    sekolah.
4. KELEMAHAN METODE RESITASI
1.    Peserta didik yang terlalu bodoh sukar sekali belajar.
2.    Kemungkinan tugas yang diberikan tapi dikerjakan oleh orang lain.
3.    Kadang-kadang peserta didik menyalin atau meniru pekerjaan temannya sehingga pengalamannya sendiri tidak ada.
4.    Kadang-kadang pembahasannya kurang sempurna.
5.    Bila tugas terlalu sering dilakukan oleh murid akan menyebabkan
-     Terganggunya kesehatan peserta didik, karena mereka kembali dari sekolah selalu melakukan tugas, seingga waktu bermain tidak ada.
-     Menyebabkan peserta didik asal mengerjakan saja karena mereka menganggap tugas-tugas tersebut membosankan.
-    Mencari tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuan setiap individu sulit, jalan pelajaran lambat dan memakan waktu yang lama.
-    Kalau peserta didik terlalu banyak kadang-kadang guru tak sanggup memeriksa tugas-tugas peserta didik tersebut.
5. LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DIRUMUSKAN
    TERLEBIH DAHULU DALAM PELAKSANAAN RESITASI
1. Pemberian Tugas Dan Penjelasan
a. Tujuan yang harus dicapai mestilah dirumuskan terlebih dahulu
 secara jelas.
b. Terangkan dengan jelas tugas-tugas yang akan dikerjakan murid.
c. Selidiki apakah metode resitasi satu-satunya yang terbaik untuk
 bahan yang akan diajarkan.
2. Pelaksanaan Tugas.
a. Setiap tugas yang diberikan harus di kontrol.
b. Siswa yang mengalami kegagalan harus dibimbing.
c. Hargailah setiap tugas yang di kerjakan murid.
d. Berikan dorongan bagi siswa kurang bergairah.
e. Tentukan bentuk-bentuk resitasi yang akan dipakai.
f. Saran-saran:
1)     Tugas yang diberikan harus jelas, sehingga anak mengerti betul apa yang harus dikerjakan.
2)     Waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup.
3)     Adakan kontrol yang sistimatis sehingga mendorong anak¬anak bekerja dengan sungguh-sungguh.
             















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi social ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.
3.1.    Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1.     Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN 1 Sindangjaya Kecamatan Mangunjaya  Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.     Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester gasal 20xx/20xx.
3.     Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi SDN 1 Mangunjaya Kecamatan Mangunjaya Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012.
3.2.    Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam  melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,      2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
    Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart  (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.







Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1.    Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2.    Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran  model discovery .
3.    Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4.    Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
3.3.     Instrumen Penelitian
 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1.     Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2.     Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3.     Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4.    Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.    Lembar observasi pengolahan metode pemberian tugas belajar dan resitasi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b.    Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5.     Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 .
3.4.    Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pemberian tugas belajar dan resitasi, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.

3.5.    Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
 Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1.    Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan     :       = Nilai rata-rata
           Σ X     = Jumlah semua nilai siswa
               Σ N    = Jumlah siswa
2.     Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
   

















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan metode pemberian tugas belajar dan resitasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
    Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
    Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan penglolaan metode pemberian tugas belajar dan resitasi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi dalam meningkatkan prestasi
    Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode pemberian tugas belajar dan resitasi.

4.1.  Analisis Data Penelitian Persiklus
1.     Siklus I
a.     Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b.     Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 April 2012 di SDN 1 Sindangjaya dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

         Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No. Urut    Nilai    Keterangan     No. Urut    Nilai    Keterangan
        T    TT            T    TT
1    60        √    12    60        √
2    70    √        13    80    √   
3    70    √        14    70    √   
4    60        √    15    80    √   
5    80    √        16    70    √   
6    80    √        17    90    √   
7    70    √        18    60        √
8    70    √        19    60        √
9    60        √    20    70    √   
10    80    √        21    70    √   
11    50        √    22    60        √
Jumlah     750
7    4    Jumlah     770
8    3
Jumlah Skor 1520
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 69,09
                            
Keterangan:    
T                     : Tuntas
TT                    : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas         : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas     : 7
Klasikal                     : Belum tuntas



Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No    Uraian    Hasil Siklus I
1
2
3    Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar    69,09
15
68,18

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa  dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi.
2.     Siklus II
a.     Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b.     Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 April 2012 di SDN 1 Sindangjaya dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

                             Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No. Urut    Nilai    Keterangan     No. Urut    Nilai    Keterangan
        T    TT            T    TT
1    60        √    12    90    √   
2    80    √        13    80    √   
3    80    √        14    80    √   
4    90    √        15    80    √   
5    90    √        16    80    √   
6    60        √    17    60        √
7    80    √        18    80    √   
8    70    √        19    70    √   
9    60        √    20    60        √
10    80    √        21    80    √   
11    90    √        22    80    √   
Jumlah     840
8    3    Jumlah    840
9    2
Jumlah Skor 1680
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 76,36


  Keterangan:     T                     : Tuntas
TT                    : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas         : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas     : 5
Klasikal                 : Belum tuntas 

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No    Uraian    Hasil Siklus II
1
2
3    Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar    76,36
17
77,27

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi.
3.     Siklus III
a.     Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung
b.     Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 25 April 2012 di SDN 1 Sindangjaya dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
                 Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
No. Urut    Nilai    Keterangan     No. Urut    Nilai    Keterangan
        T    TT            T    TT
1    90    √        12    90    √   
2    90    √        13    90    √   
3    90    √        14    90    √   
4    80    √        15    60        √
5    90    √        16    90    √   
6    80    √        17    80    √   
7    90    √        18    70    √   
8    60        √    19    70    √   
9    90    √        20    80    √   
10    90    √        21    90    √   
11    60        √    22    80    √   
Jumlah     910
9    2    Jumlah     890
10    1
Jumlah Skor 1800
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 81,82

Keterangan:     T                     : Tuntas
TT                    : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas         : 19
Jumlah siswa yang belum tuntas     : 3
Klasikal                 : Tuntas 

                                           Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No    Uraian    Hasil Siklus III
1
2
3    Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar    81,82
19
86,36

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas).  Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode pemberian tugas belajar dan resitasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.
c.     Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode pemberian tugas belajar dan resitasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1)    Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2)    Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3)    Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)    Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d.     Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan metode pemberian tugas belajar dan resitasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode pemberian tugas belajar dan resitasi dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4.1.  Pembahasan
1.     Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode pemberian tugas belajar dan resitasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2.     Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode pemberian tugas belajar dan resitasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3.     Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran agama islam pada pokok bahasan mengarang yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah metode pemberian tugas belajar dan resitasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.







BAB V
PENUTUP

5.1.      Kesimpulan    
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.     Pembelajaran dengan berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
2.    Penerapan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

5.2.      Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar agama islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1.    Untuk melaksanakan model berbasis masalah memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model berbasis masalah dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.    Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana,  dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.    Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakuakan di SDN 1 Sindangjaya Kecamatan Mangunjaya. Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012.











DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi agama islam dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.